Powered by Blogger.

Banyumas, dan Alasan-alasan Mengapa Kakiku Terpatri di Sini


Apa yang terlintas dibenakmu ketika mendengar frasa ‘kampung halaman’? Walaupun tak dilahirkan di sini, tapi bagiku, Banyumas adalah satu-satunya jawaban ketika ada pertanyaan tentang kampung halaman. Daerah di kaki Gunung Slamet inilah yang telah membesarkanku, mengajariku hidup, dan membuat aku tahu bagaimana rasanya pulang.

Ada beberapa alasan mengapa kakiku terpatri di sini, sekalipun bukan asli orang Banyumas, tapi bertahun-tahun aku tidak pernah ingin pergi. Beberapa poin di bawah ini, akan juga menjadi alasan-alasan, mengapa kamu harus berkunjung ke sini, Banyumas.

1. Di sini, terdapat banyak surga surga kecil


Banyumas adalah sebuah karesidenan di ujung barat Jawa Tengah, yang berada tepat di kaki Gunung Slamet. Tak ayal, daerah ini memiliki puluhan bahkan ratusan surga dunia yang sangat layak kamu kunjungi. Tenpat-tempat tak begitu terkenal namun indahnya, wuih, bisa bikin kamu ingin dan ingin lagi kembali.



Sebutlah Tebing Emas di kawasan Pancuran Pitu. Sebuah tebing yang mengalirkan air hangat mengandung belerang. Cukup mengeluarkan kocek Rp. 8000 untuk tiket masuk dan kita bisa menikmati air hangat lengkap dengan pemandangan indah, sepuasnya. Turun sedikit, yang menyambut adalah aliran air dingin yang diapit dua lanskap berbeda. Tebing emas di sebelah kanan, dan bebatuan berumput di sebelah kiri. 



Selesai mandi air hangat, bisa numpang ganti baju di warung dekat tebing. Sambil nunggu giliran ganti baju karena biliknya cuma satu, bisa isi perut dulu karena di warung itu sedia mendoan panas lengkap dengan teh manis atau kopi. Surga!

Atau merasakan sensasi kolam renang alam di kompleks Curug Telu. Lokasi ini berada di desa Karangsalam, kecataman Baturraden, Banyumas. Tiket masuknya, Rp. 2000 saja. Harga yang sangat murah untuk menikmati tiga surga sekaligus.



Pertama, Sendhang Bidadari, sebuah lokasi air terjun yang dikepung bebatuan. Konon, lokasi ini dipercaya sebagai tempat mandinya bidadari. Sendhang, dalam bahasa Banyumas, berarti tempat mandi. Kedua, Kedung Pete, sebuah kolam alam lengkap dengan jembatan yang akan membuat siapapun ingin melompat dan menceburkan diri. Ketiga, Curug Telu, air terjun besar dan tinggi yang jatuhnya tepat di sebuah kolam yang memantulkan matahari pagi.






Ketiganya, sempurna untuk membuat kamu bahagia berlama-lama.

Dan oh, kalian pasti tidak ingin melewatkan yang satu ini: Curug Moprok. Siapkan kaki yang kuat, karena menuju ke sana, kita harus melintasi sungai, semak, kebun, dan bebatuan terjal. Tapi, yang akan menyambut kita adalah air terjun tinggi yang super-indah. Karena tinggi tapi kecil, air terjun ini bisa bergoyang kalau tertiup angin. The Dancing Waterfall. 



2. Di sini, ada tempe paling enak sedunia


Namanya mendoan, kudapan yang sanggup menyungginkan senyum dalam sekali hap. Tempe tipis bukan karena dipotong, namun memang kedelai pembuatnya adalah butiran yang sudah dipecah. Dibalut tepung khusus, digoreng setengah matang (mendo), lalu diceplus dengan cabai rawit. Pada gigitan pertama, kupastikan Banyumas akan tertinggal di kepalamu.



3. Di sini, setiap kepulangan dan kepergian akan diantar oleh semesta


Datanglah ke Banyumas naik kereta api, turun di Purwokerto. Kamu akan disambut damainya alunan Di Tepi Sungai Rayu, lagu ciptaan R. Sutedja yang menggema di seluruh sisi stasiun. Bagiku, tak ada suara yang lebih syahdu daripada nyanyian itu. Seperti teh hangat yang mengebul di ruang keluarga, rasanya lagu itu membawa sambutan semesta yang mengatakan ‘kamu sudah di rumah’.



4. Di sini, ada frasa bahagia itu sederhana dalam arti sebenarnya


Di Banyumas, untuk bahagia, kamu hanya perlu datang ke taman kota. Sewa otopet lima ribu perak, makan lupis atau pecel dengan sate keong, jalan jalan sore sambil menunggu matahari tenggelam, atau duduk duduk saat malam bertukar pikiran ditemani kopi dan bintang.



Bahagia di sini, bisa kamu temukan di sisi aliran sungai yang menghidupi kami setiap hari. Airnya tidak hanya membawa berkah dan manfaat, tapi juga jutaan memori tentang orang-orang yang lahir dan besar di sini. Tentang masa kecil yang mencuci kaki setelah ikut bapak ke ladang, masa remaja polos yang menangis ditepi setiap patah hati, omelan ibu saat pulang bermain dengan tubuh penuh lumpur, pelukan kakek saat ikan tangkapan dapat banyak, dan ratusan senja yang membawa mimpi indah setiap malam.

Berdirilah di tepinya, lihatlah Gunung Slamet tampak agung dari kejauhan. Saat semburat biru dan jingga memantul di syahdunya Sungai Serayu, saat itulah kamu tau mengapa kakiku terpatri di sini, di Banyumas.

1 comment

  1. Saya lahir di Banyumas, namun besar di Banjarnegara, dan sekarang sudah lama tidak tinggal di Karisidenan Banyumas.
    terakhir ke sana ya ke Cilacap, ke tempat kakak yang sudah jadi orang Cilacap.

    Mendoannya itu lho bener, bikin nagih tiap mudik ke rumah :D

    ReplyDelete